Sabtu, 11 Desember 2010

Perang Kurs Ancam Inflasi Indonesia

Ilustrasi
DENPASAR - Perekonomian Indonesia pada tahun 2011 mendatang diprediksi masih dibayangi ancaman inflasi. Hal ini adalah dampak dari perang nilai tukar (currency wars) yang terjadi sehingga bisa mempengaruhi krisis global.

Pada tahun 2011 diperkirakan sejumlah negara di Eropa serta Amerika Serikat (AS) akan sengaja melemahkan nilai mata uangnya. Bahkan AS dilaporkan telah melakukan kebijakan ekstrim, dengan mencetak uang senilai USD600 miliar pada tahun 2010.

"Tidak ada yang bisa menjamin Amerika tidak akan mencetak uang lagi," kata pengamat ekonomi Tony A Prasetiantono saat menjadi pembicara dalam seminar bertajuk Ekonomic Outlook 2011 yang di Hotel Sanur Beach, Denpasar, Bali, Jumat (10/12/2010) malam.


Di sisi lain, China dengan pertumbuhan ekonomi tahun ini cukup tinggi yang diperkirakan bakal melewati diatas 10 persen, tetap akan melemahkan nilai tukar mata uangnya, yuan. "Saya kira China sudah cukup nyaman dengan kondisi yang dicapainya sekarang sekarang ini," ujar Tony yang juga Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM.

Dengan pencapaian tingkat pertumbuhan perekonomian China yang cukup tinggi akan menjadi ancaman bagi AS. Pertumbuhan ekonomi di negeri Tirai Bambu itu juga diproyeksikan akan semakin kokoh pada tahun-tahun mendatang.

"Pertumbuhan ekonomi, cadangan devisa menjadi kekuatan China mempertahankan nilai tukar yuan pada angka rendah," sebutnya.

Kendati sudah mengalami perbaikan, krisis dunia yang dihadapi negara-negara Eropa dan AS belum bisa terselesaikan secara nyata. Ekonomi negara-negara tersebut masih tetap akan mengalami guncangan. Kondisi tersebut tentunya akan menjadi persoalan global yang akan mempengaruhi inflasi tahun 2011.

Ancaman krisis global bakal berdampak serius terhadap perekonomian Indonesia pada tahun mendatang. Kondisi itu belum lagi ditambah dengan masalah dihadapi Indonesia pada tahun 2011 lewat rencana kenaikan BBM maupun tarif dasar listrik (TDL).

"Kita menghadapi masalah besar dari internal maupun eksternal dari perang nilai tukar hingga ancaman krisis global, sehingga ini bisa mengancam inflasi negara kita," tegasnya.(wdi)

0 komentar:

Posting Komentar