1. Definisi
Mahasiswa
Mahasiswa adalah orang yang
belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka
yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai
mahasiswa. Tetapi pada dasarnya makna mahasiswa tidak sesempit itu. Terdaftar
sebagai mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi hanyalah syarat administratif
menjadi mahasiswa, tetapi menjadi mahasiswa mengandung pengertian yang lebih
luas dari sekedar masalah administratif itu sendiri.
Menyandang gelar mahasiswa merupakan
suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung
jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian mahasiswa tidak bisa
diartikan kata per kata, Mahasiswa adalah Seorang agen pembawa perubahan.
Menjadi seorang yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi
oleh suatu masyarakat bangsa di berbagai belahan dunia.
2. Peran dan
Fungsi Mahasiswa
Sebagai mahasiswa berbagai macam
lebel pun disandang, ada beberapa macam label yang melekat pada diri mahasiswa,
misalnya:
1. Direct
Of Change, mahasiswa bisa melakukan perubahan langsung karena SDMnya yg
banyak
2. Agent Of
Change, mahasiswa agent perbahan,maksudnya sdm2 untuk melakukan perubahan
3. Iron
Stock, sumber daya manusia dari mahasiswa itu ga akan pernah habis.
4. Moral
Force, mahasiswa itu kumpulan orang yg memiliki moral yg baik.
5. Social
Control, mahasiswa itu pengontrol kehidupan sosial,cntoh mengontrol
kehidupan sosial yg dilakukan masyarakat.
Namun secara garis besar, setidaknya
ada 3 peran dan fungsi yang sangat penting bagi mahasiwa, yaitu :
Pertama, peranan
moral, dunia kampus merupakan dunia di mana setiap mahasiswa dengan bebas
memilih kehidupan yang mereka mau. Disinilah dituntut suatu tanggung jawab
moral terhadap diri masing-masing sebagai indidu untuk dapat menjalankan
kehidupan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan moral yang hidup dalam
masyarakat.
Kedua, adalah peranan
sosial. Selain tanggung jawab individu, mahasiswa juga memiliki peranan
sosial, yaitu bahwa keberadaan dan segala perbuatannya tidak hanya bermanfaat
untuk dirinya sendiri tetapi juga harus membawa manfaat bagi lingkungan
sekitarnya.
Ketiga, adalah peranan
intelektual. Mahasiswa sebagai orang yang disebut-sebut sebagai insan
intelek haruslah dapat mewujudkan status tersebut dalam ranah kehidupan nyata.
Dalam arti menyadari betul bahwa fungsi dasar mahasiswa adalah bergelut dengan
ilmu pengetahuan dan memberikan perubahan yang lebih baik dengan
intelektualitas yang ia miliki selama menjalani pendidikan.
3.Tipe
Mahasiswa
1.Mahasiswa
Perfeksionis =Mahasiswa yg anti sama nilai B. sekali dpt B langsung
guling2 ditanah dan galau 7 turunan.
2. Mahasiswa
Studyholic =Duduk paling depan, sehari2 ngurung diri dalam kamar buat
belajar. motto hidupnya “tiada hari tanpa belajar”
3. Mahasiswa Idiopatik =Ga
jelas kehidupannya di kampus. kadang2 ada, kadang2 ga ada.
4. Mahasiswa
Poli-Organisasi=Aktif diberbagai organisasi kampus. motto hidupnya “banyak
organisasi, banyak rezeki”
5. Mahasiswa Pasrah =Dapat
E? Ah tenang, kan ga cuman aku doang yang ga lulus.
6. Mahasiswa
Pecinta =Kerjaan sehari2nya pacaran tak peduli tempat, waktu, dan lokasi.
7. Mahasiswa
cadaLOVER =Saking terobsesinya sama cadaver, ampe kuliahnya hanya saat ada
materi anatomi atau pratikum anatomi. (#kedokteranonly)
8. Mahasiswa SKS =Tipe
paling banyak di tiap kampus. belajar sampai larut hanya ketika besoknya ujian.
10. Mahasiswa Paket
Hemat =Datengnya pas praktikum, skill lab sama tutor doang
11. Mahasiswa Galau =Tiap
malam ngetweet galau sambil dengerin lagu2 adele
12. Mahasiswa Setengah
Dewa =Tiap hari kerjaannya maen game dan OL, tapi selalu berhasil kalo
ujian.
13. Mahasiswa Gaul Stadium 4=Ke
kampus pakai kaos oblong dan celana jeans
14. Mahasiswa
Inhibitor =Sukanya nanya2 ke dosen sehingga menghambat mahasiswa yg lain
utk pulang
15. Mahasiswa Kritis =Selalu
nanya jadwal kuliah padahal modul dia punya, dan bertanya terus kapan dosen
masuk. Kadang nanya yang udah dijelasin, tipe mahasiswa ini lucu dan agak
garing. Kecuali nanyanya ke arah positif ya dan berbobot.
16. Mahasiswa OVJ=Tiada hari
tanpa membuat tertawa teman2nya
17. Mahasiswa Petani =Datang
paling pagi buat bookingin tempat duduk temen
18. Mahasiswa Insert
Investigasi=Niat dateng ke kampus buat nyari gosip2 ter-hot seangkatan. Ada nih
orang kayak gini? Haha
19. Mahasiswa Asian Lover=Tiap
hari ngebahas korea. suka teriak2 ga jelas tiap ngeliat foto/video artis korea.
Sepertinya mahasiswa tipe ini agak dramatis ya :p
20. Mahasiswa FreeAll=Datang ke
kmpus bawa laptop untuk dapat ngenet gratis dan download film gratis pake
sinyal wifi kampus. Wah ini gue banget brow, koneksi kampus lebih mengasyikkan
daripada pelajaran kampus #TrueStory
21. Mahasiswa The Ripper=Pembunuh
teman saat tutorial
22. Mahasiswa Dreamer=Kerjaannya
tidur di kelas dari awal sampai habis
23. Mahasiswa KW 9 =Beli
buku yg bajakan semua.
24. Mahasiswa Ekstrovert=Suka
gosipin kelakuan teman²nya & dosen
25. Mahasiswa Pa Bondan=Dateng ke
kampus cuma nongkrong di kantin sambil ngeborong kuliner
26. Mahasiswa Introvert=Punya bahan
untuk belajar buat ujian dari dosen hanya disimpan buat sendiri, ogah bagiin ke
teman²
27. Mahasiswa Perpustakaan
Berjalan =Kemana2 bawa buku yg tebel2
28. Mahasiswa Journal
Lover =Bawa jurnal kemana2 tapi ga paham isinya apa
29. Mahasiswa Model=Hoby pakai
height heel lebih 10 cm„,
30. Mahasiswa Pencabut
Dompet=Sukanya nagih uang ke teman, apapun itu utangnya.
4.Karakteristik
Mahasiswa
1. Mahasiswa Pemimpin
Tipe mahasiswa seperti ini selalu
kelihatan mencolok dan aktif dibandingkan dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya.
Hidupnya di perkuliahan sangat variatif kegiatan, dan ia tidak hanya belajar
dari kuliah namun juga belajar dari lingkungan. Biasanya ni mahasiswa gak
pengen cepet-cepet tamat, karena ia sedang mencari pengalaman yang
sebesar-besarnya untuk menjadi pemimpin dimasa depan. Cita-cita biasanya ingin
menjadi pemimpin Perusahaan atau bahkan Presiden…
2. Mahasiswa pemikir
Tipe mahasiswa ini selalu mikir
melulu, gak pernah ada implementasinya, yang akhirnya ia belajar terus tanpa
menghiraukan sekitarnya agar bisa mendapatkan jawaban atas apa yang
dipikirkannya. Biasanya ni mahasiswa kalo udah lulus ntar jadi ilmuan mungkin…
3. Mahasiswa santai
Tipe mahasiswa ini gak banyak
mikir, selalu menjalani kehidupan apa adanya, ya… istilahnya ngikut aja gitu…
Yang penting enjoy. Biasanya ni mahasiswa aktif di bidang seni dan olahraga,
seperti band dan basket. Dia nggak terlalu memikirkan kuliah. Karena yang
penting dalam hidunya santai. Biasanya ni mahasiswa lama sekali lulusnya,
karena nilainya juga santai…
4. Mahasiswa pencari cinta
Tipe mahasiswa ini tidak terlalu
memikirkan kuliah, tetapi yang dipikirkannya adalah CINTA, yang penting baginya
ia mendapatkan pacar yang setia. Biasanya mahasiswa ini pengen cepet-cepet
tamat biar bisa cepet-cepet kimpoi…
5. Mahasiswa jomblo
Tipe mahasiswa ini tergadang
dianggap menyedihkan, karena katanya gak laku-laku, tapi terkadang mahasiswa
jomblo bukan karena gak laku-laku tetapi karna ia memang nggak pengen pacaran
demi merah cita-citanya dimasa depan… Vivat Jomblo…
6. Mahasiswa usil
Tipe mahasiswa ini sangat senang
apabila orang menderita, contohnya sebelum dosen masuk kelas, ia akan mengganti
kursi dosen dengan kursi yang rusak, biar dosennya patah tulang, atau sebelum
dosen masuk ia menulis kertas dipintu kelas bahwa kelas hari ini dibatalkan.
7. Mahasiswa nggak jelas
Nah ini tipe mahasiswa yang nggak
bisa di katagorikan, karena terkadang ia seperti pemimpin, terus terkadang ia
hilang ntah kemana, eh tau-taunya malah ketemu di mal sama pacarnya, terus kalo
malam nongkrong-nongkrong , kalo ujian belajarnya ngalahin ilmuan.
8. Mahasiswa anak mami
Tipe mahasiswa ini selalu pulang
tiap minggu, takut kalau-kalau maminya hilang, ia kuliah demi menyenangkan hati
maminya. Kebanyakan nih tipe gak senang dengan kuliahnya, karena jurusan
perkuliahannya pilihan dari mami, bukan dari kehendak hatinya. Kebanyakan ni
tipe kuliahnya putus tengah jalan, tapi semoga tidak…
9. Mahasiswa mirip mahasiswi
Sudah jelas sekali ni mahasiswa
memiliki dua kepribadian, yang pertama wanita yang kedua pria. Orang-orang
biasa menyebutnya banci…
10. Mahasiswa berorientasi
akhirat
Nah ini mahasiswa katagori
terbaik menurut saya, karena apa yang dilakukannya sudah jelas tujuannya,
hidupnya lebih terarah dan sikapnya selalu terjaga. Biasanya suka membantu orang
lain namun nggak berharap banyak dari orang lain tersebut. Biasanya ni tipe
mahasiswa berakhir bahagia dan Sukses.
11. Mahasiswa gadungan
Kalo tipe ini sebenarnya bukan
mahasiswa, tetapi karena ingin kelihatan seperti mahasiswa maka ia sering
nongkrong-nongkrong dikampus orang. Biasanya ia punya tujuan tertentu, seperti
mencari seorang wanita idaman atau mau masang bom di kampus orang… Hati-hati!!!
12. Mahasiswa monitor
Mahasiswa ini selalu berhadapan
dengan komputer, sampai-sampai mukanya sudah berevolusi seperti monitor,
matanya sudah sebesar mouse dan rambutnya sudah tak terurus seperti kabel USB
atau RJ-45. Biasanya ni mahasiswa hobi chating dan mendapatkan kebutuhannya
dari internet. Tapi ni mahasiswa bagus juga, karena ia nggak bakal ketinggalan
zaman deh….
13. Mahasiswa abadi
Bisa dikatakan mahasiswa abadi
adalah mahasiswa yang di atas semester 10 belum lulus-lulus. Sangat anti dengan
pertanyaan,”Kapan lulus?” karena dia sendiri tidak tahu kapan dia akan lulus.
5.Sejarah
Mahasiswa
1908
Boedi Oetomo, merupakan wadah
perjuangan yang pertama kali memiliki struktur pengorganisasian modern.
Didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh pemuda-pelajar-mahasiswa
dari lembaga pendidikan STOVIA, wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan
keresahan intelektual terlepas dari primordialisme Jawa yang ditampilkannya.
Pada konggres yang pertama
di Yogyakarta, tanggal 5 Oktober 1908 menetapkan tujuan perkumpulan :
Kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan
pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta
kebudayaan.
Dalam 5 tahun permulaan Budi
Oetomo sebagai perkumpulan, tempat keinginan-keinginan bergerak maju dapat
dikeluarkan, tempat kebaktian terhadap bangsa dinyatakan, mempunyai kedudukan
monopoli dan oleh karena itu BU maju pesat, tercatat akhir tahun 1909 telah
mempunyai 40 cabang dengan lk.10.000 anggota.
Disamping itu, para mahasiswa
Indonesia yang sedang belajar di Belanda, salah satunya Mohammad
Hatta yang saat itu sedang belajar di Nederland Handelshogeschool
di Rotterdam mendirikan Indische Vereeninging yang kemudian
berubah nama menjadi Indonesische Vereeninging tahun 1922, disesuaikan dengan
perkembangan dari pusat kegiatan diskusi menjadi wadah yang berorientasi
politik dengan jelas. Dan terakhir untuk lebih mempertegas identitas
nasionalisme yang diperjuangkan, organisasi ini kembali berganti nama baru
menjadi Perhimpunan Indonesia, tahun 1925.
Berdirinya Indische Vereeninging
dan organisasi-organisasi lain,seperti: Indische Partij yang melontarkan
propaganda kemerdekaan Indonesia, Sarekat Islam,
dan Muhammadiyah yang beraliran nasionalis demokratis dengan dasar
agama, Indische Sociaal Democratische Vereeninging (ISDV) yang
berhaluan Marxisme, menambah jumlah haluan dan cita-cita terutama ke arah
politik. Hal ini di satu sisi membantu perjuangan rakyat Indonesia, tetapi di
sisi lain sangat melemahkan BU karena banyak orang kemudian memandang BU
terlalu lembek oleh karena hanya menuju "kemajuan yang selaras" dan
terlalu sempit keanggotaannya (hanya untuk daerah yang berkebudayaan Jawa)
meninggalkan BU. Oleh karena cita-cita dan pemandangan umum berubah ke arah
politik, BU juga akhirnya terpaksa terjun ke lapangan politik.
Kehadiran Boedi Oetomo,Indische
Vereeninging, dll pada masa itu merupakan suatu episode sejarah yang menandai
munculnya sebuah angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar dan mahasiswa
sebagai aktor terdepannya, yang pertama dalam sejarah Indonesia : generasi
1908, dengan misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan
dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan, dan mendorong
semangat rakyat melalui penerangan-penerangan pendidikan yang mereka berikan,
untuk berjuang membebaskan diri dari penindasan kolonialisme.
1928
Pada pertengahan 1923,
serombongan mahasiswa yang bergabung dalam Indonesische Vereeninging (nantinya
berubah menjadi Perhimpunan Indonesia) kembali ke tanah air. Kecewa dengan
perkembangan kekuatan-kekuatan perjuangan di Indonesia, dan melihat situasi
politik yang di hadapi, mereka membentuk kelompok studi yang dikenal amat
berpengaruh, karena keaktifannya dalam diskursus kebangsaan saat itu. Pertama,
adalah Kelompok Studi Indonesia (Indonesische Studie-club) yang
dibentuk di Surabaya pada tanggal 29 Oktober 1924 oleh Soetomo.
Kedua, Kelompok Studi Umum (Algemeene Studie-club) direalisasikan oleh para
nasionalis dan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik di Bandung yang
dimotori oleh Soekarno pada tanggal 11 Juli 1925.
Diinspirasi oleh pembentukan
Kelompok Studi Surabaya dan Bandung, menyusul kemudian Perhimpunan Pelajar
Pelajar Indonesia (PPPI), prototipe organisasi yang menghimpun seluruh
elemen gerakan mahasiswa yang bersifat kebangsaan tahun 1926, Kelompok Studi
St. Bellarmius yang menjadi wadah mahasiswa Katolik, Cristelijke Studenten
Vereninging (CSV) bagi mahasiswa Kristen, dan Studenten Islam Studie-club (SIS)
bagi mahasiswa Islam pada tahun 1930-an.
Dari kebangkitan kaum terpelajar,
mahasiswa, intelektual, dan aktivis pemuda itulah, munculnya generasi baru
pemuda Indonesia yang memunculkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928. Sumpah Pemuda dicetuskan melalui Konggres Pemuda II yang
berlangsung di Jakarta pada 26-28 Oktober 1928, dimotori oleh PPPI.
1945
Dalam perkembangan berikutnya,
dari dinamika pergerakan nasional yang ditandai dengan kehadiran
kelompok-kelompok studi, dan akibat pengaruh sikap penguasa Belanda yang
menjadi Liberal, muncul kebutuhan baru untuk menjadi partai politik, terutama
dengan tujuan memperoleh basis massa yang luas. Kelompok Studi Indonesia
berubah menjadi Partai Bangsa Indonesia(PBI), sedangkan Kelompok Studi
Umum menjadi Perserikatan Nasional Indonesia (PNI).
Secara umum kondisi pendidikan
maupun kehidupan politik pada zaman pemerintahan Jepang jauh lebih represif
dibandingkan dengan kolonial Belanda, antara lain dengan melakukan pelarangan
terhadap segala kegiatan yang berbau politik; dan hal ini ditindak lanjuti
dengan membubarkan segala organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai
politik, serta insiden kecil di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta yang mengakibatkan
mahasiswa dipecat dan dipenjarakan.
Praktis, akibat kondisi yang
vacuum tersebut, maka mahasiswa kebanyakan akhirnya memilih untuk lebih
mengarahkan kegiatan dengan berkumpul dan berdiskusi, bersama para pemuda
lainnya terutama di asrama-asrama. Tiga asrama yang terkenal dalam sejarah,
berperan besar dalam melahirkan sejumlah tokoh, adalah Asrama Menteng Raya,
Asrama Cikini, dan Asrama Kebon Sirih. Tokoh-tokoh inilah yang nantinya menjadi
cikal bakal generasi 1945, yang menentukan kehidupan bangsa.
Salah satu peran angkatan muda
1945 yang bersejarah, dalam kasus gerakan kelompok bawah tanah yang antara lain
dipimpin oleh Chairul Saleh dan Soekarni saat itu, yang
terpaksa menculik dan mendesak Soekarno dan Hatta agar secepatnya memproklamirkan
kemerdekaan, peristiwa ini dikenal kemudian dengan peristiwa
Rengasdengklok.
1966
Sejak kemerdekaan, muncul
kebutuhan akan aliansi antara kelompok-kelompok mahasiswa, di
antaranya Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI), yang
dibentuk melalui Kongres Mahasiswa yang pertama di Malang tahun 1947.
Selanjutnya, dalam masa Demokrasi
Liberal (1950-1959), seiring dengan penerapan sistem kepartaian yang majemuk
saat itu, organisasi mahasiswa ekstra kampus kebanyakan merupakan organisasi
dibawah partai-partai politik. Misalnya, GMKI Gerakan Mahasiswa kristen
Indonesia, PMKRI Perhimpunan Mahasiswa Katholik Republik
Indonesia dengan Partai Katholik,Gerakan Mahasiswa Nasional
Indonesia (GMNI) dekat dengan PNI, Concentrasi Gerakan Mahasiswa
Indonesia (CGMI) dekat dengan PKI, Gerakan Mahasiswa Sosialis
Indonesia (Gemsos) dengan PSI,Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII) berafiliasi dengan Partai NU, Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) dengan Masyumi, dan lain-lain.
Di antara organisasi mahasiswa
pada masa itu, CGMI lebih menonjol setelah PKI tampil sebagai salah satu partai
kuat hasil Pemilu 1955. CGMI secara berani menjalankan politik konfrontasi
dengan organisasi mahasiswa lainnya, bahkan lebih jauh berusaha memengaruhi
PPMI, kenyataan ini menyebabkan perseteruan sengit antara CGMI dengan HMI dan,
terutama dipicu karena banyaknya jabatan kepengurusan dalam PPMI yang direbut
dan diduduki oleh CGMI dan juga GMNI-khususnya setelah Konggres V tahun 1961.
Mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI) tanggal 25 Oktober 1966 yang merupakan hasil
kesepakatan sejumlah organisasi yang berhasil dipertemukan oleh Menteri
Perguruan Tinggi dan Ilmu Pendidikan (PTIP) Mayjen dr. Syarief Thayeb, yakni
PMKRI, HMI,PMII,Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Sekretariat Bersama
Organisasi-organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan
Pers Mahasiswa (IPMI). Tujuan pendiriannya, terutama agar para aktivis
mahasiswa dalam melancarkan perlawanan terhadap PKI menjadi lebih terkoordinasi
dan memiliki kepemimpinan.
Munculnya KAMI diikuti berbagai
aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi
Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan
lain-lain.
Pada
tahun 1965 dan 1966, pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak
terlibat dalam perjuangan yang ikut mendirikan Orde Baru. Gerakan ini
dikenal dengan istilah Angkatan '66, yang menjadi awal kebangkitan gerakan
mahasiswa secara nasional, sementara sebelumnya gerakan-gerakan mahasiswa masih
bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh mahasiswa saat itu adalah mereka yang kemudian
berada pada lingkar kekuasaan Orde Baru, di antaranya Cosmas
Batubara (Eks Ketua Presidium KAMI Pusat), Sofyan Wanandi, Yusuf
Wanandi ketiganya dari PMKRI,Akbar Tanjungmdari HMI dll. Angkatan '66
mengangkat isu Komunis sebagai bahaya laten negara. Gerakan ini
berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang
Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia).
Setelah Orde Lama berakhir, aktivis Angkatan '66 pun mendapat hadiah
yaitu dengan banyak yang duduk di kursi DPR/MPR serta diangkat dalam kabibet
pemerintahan Orde Baru. pada masa ini ada salah satu tokoh yang sangat
idealis,yang sampai sekarang menjadi panutan bagi mahasiswa-mahasiswa yang idealis
setelah masanya,dia adalah seorang aktivis yang tidak peduli mau dimusuhi atau
didekati yang penting pandangan idealisnya tercurahkan untuk bangsa ini,dia
adealah soe hok gie
1974
Realitas berbeda yang dihadapi
antara gerakan mahasiswa 1966 dan 1974, adalah bahwa jika generasi 1966
memiliki hubungan yang erat dengan kekuatan militer, untuk generasi 1974 yang
dialami adalah konfrontasi dengan militer.
Sebelum gerakan mahasiswa 1974
meledak, bahkan sebelum menginjak awal 1970-an, sebenarnya para mahasiswa telah
melancarkan berbagai kritik dan koreksi terhadap praktek kekuasaan rezim Orde
Baru, seperti:
Golput yang menentang
pelaksanaan pemilu pertama pada masa Orde Baru
pada 1972 karena Golkar dinilai curang.
Gerakan menentang
pembangunan Taman Mini Indonesia Indah pada 1972 yang
menggusur banyak rakyat kecil yang tinggal di lokasi tersebut.
Diawali dengan reaksi terhadap
kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), aksi protes lainnya yang paling
mengemuka disuarakan mahasiswa adalah tuntutan pemberantasan korupsi. Lahirlah,
selanjutnya apa yang disebut gerakan "Mahasiswa Menggugat" yang
dimotori Arif Budiman yang progaram utamanya adalah aksi pengecaman
terhadap kenaikan BBM, dan korupsi.
Menyusul aksi-aksi lain dalam
skala yang lebih luas, pada 1970 pemuda dan mahasiswa kemudian mengambil
inisiatif dengan membentuk Komite Anti Korupsi (KAK) yang diketuai
oleh Wilopo. Terbentuknya KAK ini dapat dilihat merupakan reaksi
kekecewaan mahasiswa terhadap tim-tim khusus yang disponsori pemerintah, mulai
dari Tim Pemberantasan Korupsi (TPK), Task Force UI sampai Komisi Empat.
Berbagai borok pembangunan dan
demoralisasi perilaku kekuasaan rezim Orde Baru terus mencuat. Menjelang Pemilu
1971, pemerintah Orde Baru telah melakukan berbagai cara dalam bentuk rekayasa
politik, untuk mempertahankan dan memapankan status quo dengan mengkooptasi
kekuatan-kekuatan politik masyarakat antara lain melalui bentuk
perundang-undangan. Misalnya, melalui undang-undang yang mengatur tentang
pemilu, partai politik, dan MPR/DPR/DPRD.
Muncul berbagai pernyataan sikap
ketidakpercayaan dari kalangan masyarakat maupun mahasiswa terhadap sembilan
partai politik dan Golongan Karya sebagai pembawa aspirasi rakyat. Sebagai
bentuk protes akibat kekecewaan, mereka mendorang munculnya Deklarasi Golongan
Putih (Golput) pada tanggal 28 Mei 1971 yang dimotori oleh Arif
Budiman, Adnan Buyung Nasution, Asmara Nababan.
Dalam tahun 1972, mahasiswa juga
telah melancarkan berbagai protes terhadap pemborosan anggaran negara yang
digunakan untuk proyek-proyek eksklusif yang dinilai tidak mendesak dalam
pembangunan,misalnya terhadap proyek pembangunan Taman Mini Indonesia
Indah (TMII) di saat Indonesia haus akan bantuan luar negeri.
Protes terus berlanjut. Tahun
1972, dengan isu harga beras naik, berikutnya tahun 1973 selalu diwarnai dengan
isu korupsi sampai dengan meletusnya demonstrasi memprotes PM JepangKakuei
Tanaka yang datang ke Indonesia dan peristiwa Malai pada 15
Januari 1974. Gerakan mahasiswa di Jakarta meneriakan isu "ganyang
korupsi" sebagai salah satu tuntutan "Tritura Baru" disamping
dua tuntutan lainnya Bubarkan Asisten Pribadi dan Turunkan Harga; sebuah versi
terakhir Tritura yang muncul setelah versi koran Mahasiswa Indonesia di Bandung
sebelumnya. Gerakan ini berbuntut dihapuskannya jabatan Asisten Pribadi Presiden.
1977-1978
Setelah peristiwa Malari, hingga
tahun 1975 dan 1976, berita tentang aksi protes mahasiswa nyaris sepi.
Mahasiswa disibukkan dengan berbagai kegiatan kampus disamping kuliah sebagain
kegiatan rutin, dihiasi dengan aktivitas kerja sosial, Kuliah Kerja Nyata
(KKN), Dies Natalis, acara penerimaan mahasiswa baru, dan wisuda sarjana.
Meskipun disana-sini aksi protes kecil tetap ada.
Menjelang dan terutama saat-saat
antara sebelum dan setelah Pemilu 1977, barulah muncul kembali pergolakan
mahasiswa yang berskala masif. Berbagai masalah penyimpangan politik diangkat
sebagai isu, misalnya soal pemilu mulai dari pelaksanaan kampanye, sampai
penusukan tanda gambar, pola rekruitmen anggota legislatif, pemilihan gubernur
dan bupati di daerah-daerah, strategi dan hakekat pembangunan, sampai dengan
tema-tema kecil lainnya yang bersifat lokal. Gerakan ini juga mengkritik
strategi pembangunan dan kepemimpinan nasional.
Awalnya, pemerintah berusaha
untuk melakukan pendekatan terhadap mahasiswa, maka pada tanggal 24 Juli 1977
dibentuklah Tim Dialog Pemerintah yang akan berkampanye di berbagai perguruan
tinggi. Namun demikian, upaya tim ini ditolak oleh mahasiswa. Pada periode ini
terjadinya pendudukan militer atas kampus-kampus karena mahasiswa dianggap
telah melakukan pembangkangan politik, penyebab lain adalah karena gerakan
mahasiswa 1978 lebih banyak berkonsentrasi dalam melakukan aksi diwilayah
kampus. Karena gerakan mahasiswa tidak terpancing keluar kampus untuk
menghindari peristiwa tahun 1974, maka akhirnya mereka diserbu militer dengan
cara yang brutal. Hal ini kemudian diikuti oleh dihapuskannya Dewan Mahasiswa
dan diterapkannya kebijakan NKK/BKK di seluruh Indonesia.
Soeharto terpilih untuk ketiga
kalinya dan tuntutan mahasiswa pun tidak membuahkan hasil. Meski demikian,
perjuangan gerakan mahasiswa 1978 telah meletakkan sebuah dasar sejarah, yakni
tumbuhnya keberanian mahasiswa untuk menyatakan sikap terbuka untuk menggugat
bahkan menolak kepemimpinan nasional.
Gerakan bersifat nasional namun
tertutup dalam kampus, Oktober 1977
Gerakan mahasiswa tahun 1977/1978
ini tidak hanya berporos di Jakarta dan Bandung saja namun meluas secara
nasional meliputi kampus-kampus di kota Surabaya, Medan, Bogor,
Ujungpandang (sekarang Makassar), dan Palembang. 28
Oktober 1977, delapan ribu anak muda menyemut di depan kampus ITB. Mereka
berikrar satu suara, "Turunkan Suharto!".
Besoknya, semua yang berteriak, raib ditelan terali besi. Kampus segera
berstatus darurat perang. Namun, sekejap kembali tentram.
Peringatan Hari Pahlawan 10
November 1977, berkumpulnya mahasiswa kembali 10 November 1977, di Surabaya
dipenuhi tiga ribu jiwa muda. Setelah peristiwa di ITB pada Oktober
1977, giliran Kampus ITS Baliwerti beraksi. Dengan semangat pahlawan,
berbagai pimpinan mahasiswa se-Jawa hadir memperingati hari Pahlawan 1977.
Seribu mahasiswa berkumpul, kemudian berjalan kaki dari Baliwerti menuju Tugu
Pahlawan.
Sejak pertemuan 28 Oktober di
Bandung, ITS didaulat menjadi pusat konsentrasi gerakan di front timur. Hari
pahlawan dianggap cocok membangkitkan nurani yang hilang. Kemudian disepakati
pusat pertemuan nasional pimpinan mahasiswa di Surabaya.
Sementara di kota-kota lain,
peringatan hari Pahlawan juga semarak. Di Jakarta, 6000 mahasiswa berjalan kaki
lima kilometer dari Rawamangun (kampus IKIP) menuju Salemba (kampus UI),
membentangkan spanduk,"Padamu Pahlawan Kami Mengadu". Juga dengan
pengawalan ketat tentara.
Acara hari itu, berwarna sajak
puisi serta hentak orasi. Suasana haru-biru, mulai membuat gerah. Beberapa
batalyon tempur sudah ditempatkan mengitari kampus-kampus Surabaya. Sepanjang
jalan ditutup, mahasiswa tak boleh merapat pada rakyat. Aksi mereka dibungkam
dengan cerdik.
Konsolidasi berlangsung terus.
Tuntutan agar Soeharto turun masih menggema jelas, menggegerkan semua pihak.
Banyak korban akhirnya jatuh. Termasuk media-media nasional yang ikut
mengabarkan, dibubarkan paksa.
Pimpinan Dewan Mahasiswa (DM) ITS
rutin berkontribusi pada tiap pernyataan sikap secara nasional. Senat mahasiswa
fakultas tak henti mendorong dinamisasi ini. Mereka bergerak satu suara.
Termasuk mendukung Ikrar Mahasiswa 1977. Isinya hanya tiga poin namun berarti.
"Kembali pada Pancasila dan UUD 45, meminta pertanggungjawaban presiden,
dan bersumpah setia bersama rakyat menegakan kebenaran dan keadilan".
Peringatan Tritura 10 Januari
1978, dihentikannya gerakan oleh penguasa
Peringatan 12 tahun Tritura, 10
Januari 1978, peringatan 12 tahun Tritura itu jadi awal sekaligus akhir.
Penguasa menganggap mahasiswa sudah di luar toleransi. Dimulailah penyebaran
benih-benih teror dan pengekangan.
Sejak awal 1978, 200 aktivis
mahasiswa ditahan tanpa sebab. Bukan hanya dikurung, sebagian mereka
diintimidasi lewat interogasi. Banyak yang dipaksa mengaku pemberontak negara.
Tentara pun tidak sungkan lagi
masuk kampus. Berikutnya, ITB kedatangan pria loreng bersenjata. Rumah
rektornya secara misterius ditembaki orang tak dikenal.
Di UI, panser juga masuk kampus.
Wajah mereka garang, lembaga pendidikan sudah menjadi medan perang. Kemudian
hari, dua rektor kampus besar itu secara semena-mena dicopot dari jabatannya.
Alasannya, terlalu melindungi anak didiknya yang keras kepala.
Di ITS, delapan fungsionaris DM
masuk "daftar dicari" Detasemen Polisi Militer. Sepulang aksi dari
Jakarta, di depan kos mereka sudah ditunggui sekompi tentara. Rektor ITS waktu
itu, Prof Mahmud Zaki, ditekan langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
untuk segera membubarkan aksi dan men-drop out para pelakunya. Sikap rektor
seragam, sebisa mungkin ia melindungi anak-anaknya.
Beberapa berhasil tertangkap,
sisanya bergerilya dari satu rumah ke rumah lain. Dalam proses tersebut,
mahasiswa tetap "bergerak". Selama masih ada wajah yang aman dari
daftar, mereka tetap konsolidasi, sembunyi-sembunyi. Pergolakan kampus masih panas,
walau Para Rektor berusaha menutupi, intelejen masih bisa membaca jelas.
Era NKK/BKK
Setelah gerakan mahasiswa 1978,
praktis tidak ada gerakan besar yang dilakukan mahasiswa selama beberapa tahun
akibat diberlakukannya konsep Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi
Kemahasiswaan (NKK/BKK) oleh pemerintah secara paksa.
Kebijakan NKK dilaksanakan
berdasarkan SK No.0156/U/1978 sesaat setelah Dooed Yusuf dilantik
tahun 1979. Konsep ini mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada
jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai
secara nyata dapat membahayakan posisi rezim. Menyusul pemberlakuan konsep NKK,
pemerintah dalam hal ini Pangkopkamtib Soedomo melakukan pembekuan
atas lembaga Dewan Mahasiswa, sebagai gantinya pemerintah membentuk struktur
keorganisasian baru yang disebut BKK. Berdasarkan SK menteri P&K
No.037/U/1979 kebijakan ini membahas tentang Bentuk Susunan Lembaga Organisasi
Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi, dan dimantapkan dengan penjelasan
teknis melalui Instruksi Dirjen Pendidikan Tinggi tahun 1978 tentang
pokok-pokok pelaksanaan penataan kembali lembaga kemahasiswaan di Perguruan
Tinggi.
Kebijakan BKK itu secara implisif
sebenarnya melarang dihidupkannya kembali Dewan Mahasiswa, dan hanya mengijinkan
pembentukan organisasi mahasiswa tingkat fakultas (Senat Mahasiswa
Fakultas-SMF) dan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF). Namun hal yang
terpenting dari SK ini terutama pemberian wewenang kekuasaan kepada rektor dan
pembantu rektor untuk menentukan kegiatan mahasiswa, yang menurutnya sebagai
wujud tanggung jawab pembentukan, pengarahan, dan pengembangan lembaga
kemahasiswaan.
Dengan konsep NKK/BKK ini, maka
peranan yang dimainkan organisasi intra dan ekstra kampus dalam melakukan
kerjasama dan transaksi komunikasi politik menjadi lumpuh. Ditambah dengan
munculnya UU No.8/1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan maka politik praktis
semakin tidak diminati oleh mahasiswa, karena sebagian Ormas bahkan menjadi
alat pemerintah atau golongan politik tertentu. Kondisi ini menimbulkan
generasi kampus yang apatis, sementara posisi rezim semakin kuat.
Sebagai alternatif terhadap
suasana birokratis dan apolitis wadah intra kampus, di awal-awal tahun 80-an
muncul kelompok-kelompok studi yang dianggap mungkin tidak tersentuh kekuasaan
refresif penguasa. Dalam perkembangannya eksistensi kelompok ini mulai digeser
oleh kehadiran wadah-wadah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang
tumbuh subur pula sebagai alternatif gerakan mahasiswa. Jalur perjuangan lain
ditempuh oleh para aktivis mahasiswa dengan memakai kendaraan lain untuk
menghindari sikap represif pemerintah, yaitu dengan meleburkan diri dan aktif
di Organisasi kemahasiswaan ekstra
kampus seperti HMI (himpunan mahasiswa islam), PMII (Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional
Indonesia),PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) atau yang
lebih dikenal dengan kelompok Cipayung. Mereka juga membentuk
kelompok-kelompok diskusi dan pers mahasiswa.
Beberapa kasus lokal yang
disuarakan LSM dan komite aksi mahasiswa antara lain: kasus tanah
waduk Kedung Ombo, Kacapiring, korupsi di Bapindo, penghapusan
perjudian melalui Porkas/TSSB/SDSB.
1990
Memasuki awal tahun 1990-an, di
bawah Mendikbud Fuad Hasan kebijakan NKK/BKK dicabut dan sebagai gantinya
keluar Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan (PUOK). Melalui PUOK ini
ditetapkan bahwa organisasi kemahasiswaan intra kampus yang diakui adalah Senat
Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT), yang didalamnya terdiri dari Senat Mahasiswa
Fakultas (SMF) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Dikalangan mahasiswa secara
kelembagaan dan personal terjadi pro kontra, menamggapi SK tersebut. Oleh
mereka yang menerima, diakui konsep ini memiliki sejumlah kelemahan namun
dipercaya dapat menjadi basis konsolidasi kekuatan gerakan mahasiswa. Argumen
mahasiswa yang menolak mengatakan, bahwa konsep SMPT tidak lain hanya semacam
hiden agenda untuk menarik mahasiswa ke kampus dan memotong kemungkinan aliansi
mahasiswa dengan kekuatan di luar kampus.
Dalam perkembangan kemudian,
banyak timbul kekecewaan di berbagai perguruan tinggi karena kegagalan konsep
ini. Mahasiswa menuntut organisasi kampus yang mandiri, bebas dari pengaruh
korporatisasi negara termasuk birokrasi kampus. Sehingga, tidaklah mengherankan
bila akhirnya berdiri Dewan Mahasiswa di UGM tahun 1994 yang kemudian diikuti
oleh berbagai perguruan tinggi di tanah air sebagai landasan bagi pendirian
model organisasi kemahasiswaan alternatif yang independen.
Dengan dihidupkannya model-model
kelembagaan yang lebih independen, meski tidak persis serupa dengan Dewan
Mahasiswa yang pernah berjaya sebelumnya upaya perjuangan mahasiswa untuk
membangun kemandirian melalui SMPT, menjadi awal kebangkitan kembali mahasiswa
ditahun 1990-an.
Gerakan yang menuntut kebebasan
berpendapat dalam bentuk kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik di
dalam kampus pada 1987 - 1990 sehingga akhirnya demonstrasi
bisa dilakukan mahasiswa di dalam kampus perguruan tinggi. Saat itu demonstrasi
di luar kampus termasuk menyampaikan aspirasi dengan longmarch ke
DPR/DPRD tetap terlarang.
1998Gerakan 1998
menuntut reformasi dan dihapuskannya "KKN" (korupsi, kolusi
dan nepotisme) pada 1997-1998, lewat pendudukan gedung
DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa, akhirnya memaksa
Presiden Soeharto melepaskan jabatannya. Berbagai tindakan represif
yang menewaskan aktivis mahasiswa dilakukan pemerintah untuk meredam gerakan
ini di antaranya: Peristiwa Cimanggis,Peristiwa Gejayan, Tragedi
Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II , Tragedi Lampung.
Gerakan ini terus berlanjut hingga pemilu 1999