Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi di Indonesia Melalui Pembinaan Etika Birokrasi
Di Indonesia jika orang berbicara mengenai korupsi, maka yang mereka pikirkan hanyalah perbuatan jahat menyangkut keuangan negara dan suap.
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Sabtu, 15 Agustus 2015
Rabu, 01 April 2015
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi di Indonesia Melalui Pembinaan Etika Birokrasi
Di Indonesia jika orang berbicara mengenai korupsi,
maka yang mereka pikirkan hanyalah perbuatan jahat menyangkut keuangan negara
dan suap. Namun seperti yang disimpulkan dalam Encyclopedia Americana, korupsi
merupakan suatu hal yang buruk dengan beragam artinya, bervariasi
menurut waktu, tempat, dan bangsa. Sama halnya pendekatan sosiologis yang
dilakukan oleh Syed Hussein Alatas dalam bukunya The Sociology of Corupption
yang memasukkan “Nepotisme” dalam kelompok korupsi. Dalam klasifikasinya
memasang keluarga atau teman pada posisi pemerintahan tanpa memenuhi
persyaratan untuk itu juga merupakan tindak pidana. Jadi, untuk mencegah dan
memberantas korupsi harus melakukan pendekatan dari berbagai segi agar dapat
mengenalinya.
Pencegahan dan pemberantasan korupsi di
Indonesia sesungguhnya adalah komitmen dari kepala pemerintahan dalam
mewujudkan penyelenggaraan yang bersih dan berwibawa. Dengan memegang teguh
komitmen ini, maka jalur pemerintahan akan berjalan dialur yang bersih dari
korupsi. Tidak hanya di Indonesia bahkan di negara berkembang lainnya
Salah satu masalah yang sangat
membutuhkan perhatian ekstra untuk pencegahan dan pemberantasannya adalah
pembinaan etika. Tidak hanya di Indonesia dan negara berkembang lainnya, bahkan
di negara-negara majupun korupsi telah mewabah menjadi virus yang mampu merusak
sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Korupsi yang selalu dilakukan
secara sistematis telah menimbulkan kerugian di bidang ekonomi, politik dan
sosial yang kekuasaan dan kekayaan jatuh ke tangan-tangan pihak-pihak yang
tidak berhak (Klittgaard, 2005:3).
Dari tahun ke tahun sejak tahun
lima puluhan, masalah korupsi di Indonesia tidak pernah sepi dari pembicaraan,
perdebatan, dan usaha perbaikan undang-undang. Bahkan sejak pemerintahan
Presiden Soekarno (dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang 24/1960 tentang Penuntutan, Pengusutan, dan Pemeriksaan Tindak
Pidana Korupsi ) hingga pemerintahan Presiden Soeharto (dengan diterbitkannya
Undang-Undang 3/1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi).
Pada era reformasi, pemberantasan korupsi telah
menjadi fokus utama Pemerintah Indonesia saat itu. Berbagai upaya telah
ditempuh dalam mencegah maupun menindak tindak pidana korupsi (tipikor) secara
serentak oleh pemegang kekuasaan eksekutif (melalui Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah/pemda), legislatif, serta yudikatif. Sebagai
kesimpulan bahwa
korupsi ini menyangkut mental seorang pejabat yang belum puas terhadap apa yang
dimiliki, dan ini merupakan penyakit mental yang susah disembuhkan sehingga
membutuhkan penangan yang serius dari pemerintah sekarang
Kenaikan Harga BBM Bersubsidi, Pro Dan Kontra
Kenaikan harga BBM
bersubsidi mau tidak mau akhirnya datang juga. Berbagai reaksi dari masyarakat
timbul dengan gencar baik yang pro maupun yang kontra. Yang pro tentunya
pemerintah yang juga didukung Kadin, sebenarnya tidak menginginkan terjadinya
kenaikan harga BBM bersubsidi, namun kondisi dan kenyataan yang terjadi memaksa
pemerintah untuk mengambil kebijakan yang non-populis. Di sisi lain, yang
kontra terhadap kenaikan BBM mulai dari anggota DPR, DPRD, kalangan mahasiswa
dari berbagai universitas, petani, nelayan, angkutan umum dan masih banyak lagi
mereka semua menolak kenaikan harga BBM. Diantara yang pro dan kontra terhadap
kebijakan kenaikan harga BBM tersebut terdapat kelompok yang abstain. Mereka ini
tidak ikut demo, pasrah, harga BBM tidak naik syukur, kalau BBM naik monggo
kerso. Mereka juga sebenarnya berharap harga BBM tetap, karena dengan kenaikan
BBM akan mengakibatkan tambahan pengeluaran mereka sehari-hari, tetapi tetap
menerima.
Sudah jelas pemerintah
dengan perangkatnya beserta jajarannya akan mendukung kenaikan harga BBM
bersubsidi karena gaji mereka dibayar dari APBN dan mereka pula yang
menerbitkan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi untuk menyelamatkan APBN.
Selama APBN aman, gaji mereka tetap aman. Namun bukan alasan itu yang menjadi
dasar kebijakan kenaikan harga BBM. Kebijakan itu dikeluarkan setelah melalui
kajian dan berbagai pertimbangan yang masak serta dengan memperhitungkan dampak
positif dan negatifnya yang memang pada akhirnya kenaikan harga BBM lah yang
dianggap paling tepat untuk dilakukan. Tujuannya bukan hanya untuk
menyelamatkan APBN, tapi juga untuk menyelamatkan penyelenggaraan kegiatan
negara lainnya seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, sosial, ekonomi dan
lainnya. Bahkan Kadin ikut menganjurkan agar pemerintah menaikkan harga BBM
untuk memberikan kepastian bagi dunia usaha. Dari kalangan masyarakat yang
setuju dengan kenaikan BBM antara lain diperoleh pendapat bahwa harga BBM wajar
naik karena harga minyak mentah yang merupakan bahan pokoknya juga meningkat.
Pendapat lain mengatakan harga BBM perlu naik agar masyarakat berhemat dan
efisien dalam menggunakan BBM. Sementara seorang PNS mengatakan bahwa ia setuju
harga BBM naik, karena mengurangi subsidi untuk BBM yang akan terbuang percuma,
lebih baik dana subsidi digunakan untuk kesehatan atau pendidikan. Pendapat
yang lebih ekstreem berpendapat bahwa sebaiknya subsidi sebaiknya dihapus,
dananya dialihkan untuk BLT dan harga BBM disesuaikan dengan harga pasar.
Dari kalangan yang
kontra atau tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM, diantaranya adalah
sebagian anggota DPR. Ada yang mengatakan bahwa kebijakan kenaikan harga BBM
kurang tepat untuk saat ini, karena akan menambah beban rakyat yang sedang
menghadapi berbagai tekanan ekonomi seperti kenaikan harga pangan. Beberapa
alasan yang dikemukakan dari kalangan ibu rumah tangga, petani, mahasiswa,
elite politik, LSM maupun kalangan masyarakat lainnya yang tidak setuju
terhadap adanya kenaikan harga BBM bersubsidi antara lain :
akan mengakibatkan
efek berantai terhadap harga kebutuhan pokok rakyat, pemerintah terlalu terburu-buru menerbitkan kebijakan, pemerintah malas dan hanya mencari jalan
pintas, akan mengakibatkan semakin meluasnya
masalah kemiskinan, dapat memicu konflik
sosial dalam masyarakat, memperparah
masalah pengangguran,
akan memicu
kenaikan harga barang lainnya, biaya transportasi dan inflasi.
Kelompok
masyarakat yang netral atau abstain terhadap kenaikan harga BBM punya alasan
tersendiri. Mereka lebih banyak diam menunggu perkembangan dan tampaknya lebih
mencari aman. Kelompok ini sebagian besar berasal dari warga kelas menengah dan
warga keturunan serta sebagian masyarakat terpelajar baik kelas atas, menengah
maupun bawah yang nrimo apapun kebijakan yang diambil pemerintah selama hak
mereka tidak berkurang. Seorang PNS mengatakan bahwa kalau harga BBM naik
kasihan para tukang ojek harus menambah biaya, namun kalau tidak naik APBN kita
payah, jadi terserah pemerintah saja, katanya. Beberapa alasan lain yang dapat
diperoleh dari kelompok yang abstain ini antara lain :
ibarat buah
simalakama, percuma ikut demo
penolakan kenaikan BBM, toh akhirnya naik juga, serahkan kepada pemerintah, pemerintah yg lebih
mengetahui situasinya, lebih
senang kalau harga BBM tidak naik, tapi kalau pemerintah maunya naik mau bilang
apa.
Diantara yang pro,
kontra maupun yang abstain yang paling banyak dimuat beritanya adalah mereka
yang menolak kenaikan BBM. Seperti misalnya berita tentang adanya aksi demo
penolakan kenaikan BBM yang marak di berbagai daerah di Jawa, Sulawesi dan
Sumatera dan tempat lainnya di Indonesia yang disiarkan berbagai media cetak
dan elektronik serta internet. Padahal, yang setuju juga banyak, tapi beritanya
tidak segencar berita aksi penolakan kenaikan harga BBM. Apalagi yang abstain,
hampir tidak ada beritanya sama sekali. Hal ini wajar, karena mungkin di balik
penyebaran berita aksi penolakan kenaikan harga BBM tersebut terdapat tujuan
politis tertentu.
KONSEP KEBIJAKAN PUBLIK
02.30
No comments
A.
Definisi Kebijakan Publik
Kebijakan Publik adalah segala
sesuatu keputusan bersamayang dikeluarkan oleh seseorang peemimpin yang
mempunyai wewenang dalam suatu instansi yang meliputi kebutuhan masyarakat di
suatu wilayah
1.
Thomas
R. Dye ( 1981 )
Kebijakan
publik dikatakan sebagai apa yang tidak dilakukan maupun apa yang
dilakukan oleh pemerintah. Pokok kajian dari hal ini adalah negara. Pengertian ini
selanjutnya dikembangkan dan diperbaharui oleh para ilmuwan yang
berkecimpung dalam ilmu kebijakan publik. Definisi kebijakan publik menurut
Thomas R. Dye ini dapat diklasifikasikan sebagai keputusan ( decision making ),
dimana pemerintah mempunyai wewenang untuk menggunakan keputusan
otoritatif, termasuk keputusan untuk membiarkan sesuatu terjadi, demi teratasinya
suatu persoalan publik.
dilakukan oleh pemerintah. Pokok kajian dari hal ini adalah negara. Pengertian ini
selanjutnya dikembangkan dan diperbaharui oleh para ilmuwan yang
berkecimpung dalam ilmu kebijakan publik. Definisi kebijakan publik menurut
Thomas R. Dye ini dapat diklasifikasikan sebagai keputusan ( decision making ),
dimana pemerintah mempunyai wewenang untuk menggunakan keputusan
otoritatif, termasuk keputusan untuk membiarkan sesuatu terjadi, demi teratasinya
suatu persoalan publik.
2.
Easton
( 1969 )
Kebijakan
publik diartikan sebagai pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk
seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Dalam hal ini hanya
pemerintah yang dapat melakukan suatu tindakan kepada masyarakat dan
tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah
yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.
Definisi kebijakan publik menurut Easton ini dapat diklasifikasikan sebagai suatu
proses management, yang merupakan fase dari serangkaian kerja pejabat publik.
Dalam hal ini hanya pemerintah yang mempunyai andil untuk melakukan
tindakan kepada masyarakat untuk menyelesaikan masalah publik, sehingga
definisi ini juga dapat diklasifikasikan dalam bentuk intervensi pemerintah.
seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Dalam hal ini hanya
pemerintah yang dapat melakukan suatu tindakan kepada masyarakat dan
tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah
yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.
Definisi kebijakan publik menurut Easton ini dapat diklasifikasikan sebagai suatu
proses management, yang merupakan fase dari serangkaian kerja pejabat publik.
Dalam hal ini hanya pemerintah yang mempunyai andil untuk melakukan
tindakan kepada masyarakat untuk menyelesaikan masalah publik, sehingga
definisi ini juga dapat diklasifikasikan dalam bentuk intervensi pemerintah.
3.
Anderson
( 1975 )
Kebijakan
publik adalah sebagai kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badanbadan
dan pejabat-pejabat pemerintah, dimana implikasi dari kebijakan tersebut
adalah :
dan pejabat-pejabat pemerintah, dimana implikasi dari kebijakan tersebut
adalah :
1.
Kebijakan
publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai
tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.
tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.
2.
Kebijakan
publik berisi tindakan-tindakan pemerintah.
3.
Kebijakan
publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh
pemerintah jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk
dilakukan.
pemerintah jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk
dilakukan.
4.
Kebijakan
publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan
tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau
bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak
melakukan sesuatu.
tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau
bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak
melakukan sesuatu.
5.
Kebijakan
pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan
pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.
pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.
B.
Karakteristk Kebijakan Publik
-
Adanya
tujuan tertentu untuk pemecahan masalah
-
Adanya
tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan
-
Merupakan
fungsi pemerintah sebagai pelayan publik
C.
Implikasi pengertian kebijakan publik adalah :
Kebijakan tersebut adalah
kebijakan negara atau pemerintah, berupa pilihan pemerintah untuk dilakukan
atau tidak dilakukan.kebijakan publik bertujuan mengatasi situasi tertentu, kebijakan
tersebut memandu tindakan atau pola tindakan pejabat pemerintah, kebijakan
publik didasarkan pada peraturan perundang-undangan dan bersifat otoratif. Kebijakan
publik dapat dituangkan melalui :hukum perundang-undangan yang disahkan oleh
badan legislatif, berbagai peraturan dan regulasi yang dilaksanakan dan
diputuskan oleh badan administrasi pemerintah,perintah para eksekutif (para
pemimpin pemerintahan) baik pusat maupun daerah,berbagai keputusan pengadilan.
D.
KATEGORI MODEL KEBIJAKAN (E.S. Quade)
-
Model
Analitik : untuk situasi yang kompleks, digunakan
dalam riset operasi .
-
Model
Simulasi : bentuk eksperimen semu, model analog, penggunaan
komputer .
-
Model
Permainan : manusia terlibat langsung, permainan perang-perangan
keterlibatan simultan .
-
Model
Penilaian : tidak eksplisit (ekspresi verbal, berbentuk
analogi), banyak dalam pikiran, model mental, misalnya: karakteristik
organisasi
E.
TIPE MODEL KEBIJAKAN (W.N. Dunn)
-
Model
Deskriptif : Menjelaskan/memprediksi
sebab & konsekuensi pilihan kebijakan contoh: model indikator sosial .
-
Model
Normatif : Menjelaskan,
memprediksi, merekomendasi optimalisasi usaha, contoh: model antrian, model
biaya-manfaat, dll .
-
Model
Verbal :
Ekspresi deskriptif & normatif, berupa: verbal, simbol,
& prosedural; pakai bahasa sehari2, pakai nalar berupa argumen nilai .
-
Model
Simbolis : Pakai simbol
matematis untuk menerangkan hubungan, data aktual, contoh: Y=a+bX .
-
Model
Prosedural : Menggunakan prosedur simulasi, teori
pembuatan keputusan (penentuan alternatif), data asumsi (relatif/bobot),
contoh: diagram keputusan.
-
F.
BEBERAPA MODEL TERPILIH :
-
Model
Institusional
-
Model
Elit –Massa
-
Model
Inkremental
-
Model
Model Group/Kelompok
-
Model
Sistem
-
Model
Rasional
-
Model
Proses
-
Model
Pilihan Publik
Setiap model
memiliki fokus yang berbeda tentang kondisi politik dan membantu memahami
berbagai perbedaan tentang kebijakan public.Thomas Dye: lembaga pemerintahan
memberikan PP tiga cirri utama :
1)
Legitimasi,
2) Universalitas & 3) Paksaan.
2)
PP
adalah kegiatan-kegiatan yg dilakukan oleh lembaga pemerintah: Legislatif,
Eksekutif, Judikatif, Pemerintah Daerah, dsb.
3)
Kebijakan
publik diputuskan &, dilaksanakan oleh institusi pemerintah.
4)
Undang-undang
menetapkan struktur kelembagaan negara dalampembuatan kebijakan.
5)
Pembagian
kekuasaan, checks and balances, otonomi daerah memberikan nuansa pada kebijakan
publik.
G.
Model-model Implementasi Kebijakan Publik
Implementasi Sistem Rasional
(Top-Down)
Menurut Parsons
(2006), model implementasi inilah yang paling pertama muncul. Pendekatan top
down memiliki pandangan tentang hubungan kebijakan implementasi seperti yang
tercakup dalam Emile karya Rousseau : “Segala sesuatu adalah baik jika
diserahkan ke tangan Sang Pencipta. Segala sesuatu adalah buruk di tangan
manusia”.
Masih menurut
Parsons (2006), model rasional ini berisi gagasan bahwa implementasi adalah
menjadikan orang melakukan apa-apa yang diperintahkan dan mengontrol urutan
tahapan dalam sebuah sistem.
Mazmanian dan
Sabatier (1983) dalam Ratmono (2008), berpendapat bahwa implementasi top down
adalah proses pelaksanaan keputusan kebijakan mendasar. Beberapa ahli yang
mengembangkan model implementasi kebijakan dengan perspektif top down adalah
sebagai berikut :
1.
Van
Meter dan Van Horn
Menurut
Meter dan Horn (1975) dalam Nugroho (2008), implementasi kebijakan berjalan
secara linear dari kebijakan publik, implementor dan kinerja kebijakan publik.
Beberapa variable yang mempengaruhi kebijakan public adalah sebagai berikut :
1.
Aktifitas implementasi dan komunikasi antar organisasi
2.
Karakteristik agen pelaksana/implementor
3.
Kondisi ekonomi, social dan politik
4.
Kecendrungan (dispotition) pelaksana/implementor
2.
George
Edward III
Menurut
Edward III (1980) dalam Yousa (2007), salah satu pendekatan studi implementasi
adalah harus dimulai dengan pernyataan abstrak, seperti yang dikemukakan
sebagai berikut, yaitu :
1.
Apakah
yang menjadi prasyarat bagi implementasi kebijakan ?
2.
Apakah
yang menjadi faktor penghambat utama bagi keberhasilan implementasi kebijakan?
Sehingga untuk
menjawab pertanyaan tersebut di atas, Edward III, mengusulkan 4 (empat)
variable yang sangat mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, yaitu :
1.
Communication
(komunikasi) ; komunikasi merupakan sarana untuk menyebarluaskan informasi,
baik dari atas ke bawah maupun dari bawah ke atas. Untuk menghindari terjadinya
distorsi informasi yang disampaikan atasan ke bawahan, perlu adanya ketetapan
waktu dalam penyampaian informasi, harus jelas informasi yang disampaikan,
serta memerlukan ketelitian dan konsistensi dalam menyampaikan informasi
2.
Resourcess
(sumber-sumber) ; sumber-sumber dalam implementasi kebijakan memegang peranan
penting, karena implementasi kebijakan tidak akan efektif bilamana
sumber-sumber pendukungnya tidak tersedia. Yang termasuk sumber-sumber dimaksud
adalah :
A.
staf
yang relatif cukup jumlahnya dan mempunyai keahlian dan keterampilan untuk
melaksanakan kebijakan
B.
informasi
yang memadai atau relevan untuk keperluan implementasi
C.
dukungan
dari lingkungan untuk mensukseskan implementasi kebijakan
D.
wewenang
yang dimiliki implementor untuk melaksanakan kebijakan.
3.
Dispotition
or Attitude (sikap) ; berkaitan dengan bagaimana sikap implementor dalam
mendukung suatu implementasi kebijakan. Seringkali para implementor bersedia
untuk mengambil insiatif dalam rangka mencapai kebijakan, tergantung dengan
sejauh mana wewenang yang dimilikinya
4.
Bureaucratic
structure (struktur birokrasi) ; suatu kebijakan seringkali melibatkan beberapa
lembaga atau organisasi dalam proses implementasinya, sehingga diperlukan
koordinasi yang efektif antar lembaga-lembaga terkait dalam mendukung
keberhasilan implementasi.
3.
Mazmanian
dan Sabatier
Mazmanian
dan Sabatier (1983), mendefinisikan implementasi sebagai upaya melaksanakan
keputusan kebijakan, sebagaimana pendapat mereka :
“Implementation
is the carrying out of basic policy decision, usually incorporated in a statute
but wich can also take the form of important executives orders or court
decision. Ideally, that decision identifies the problem(s) to be pursued, and,
in a vaiety of ways, ‘structures’ the implementation process”.
Menurut
model ini, implementasi kebijakan dapat diklasifikan ke dalam tiga variable,
yaitu (Nugroho, 2008) :
A.
Variabel
independen : yaitu mudah-tidaknya masalah dikendalikan yang berkenaan dengan
indicator masalah teori dan teknis pelaksanaan, keragaman objek dan perubahan
seperti apa yang dikehendaki.
B.
Variabel
intervening : yaitu variable kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses
implementasi dengan indicator kejelasan dan konsistensi tujuan
C.
Varaibel
dependen : yaitu variable-variabel yang mempengaruhi proses implementasi yang
berkenaan dengan indicator kondisi social ekonomi dan teknologi, dukungan
public, sikap dan risorsis konstituen, dukungan pejabat yang lebih tinggi dan
komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana
4.
Model Grindle
Menurut
Grindle (1980) dalam Wibawa (1994), implementasi kebijakan ditentukan oleh isi
kebijakan dan konteks implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan
ditransformasikan, barulah implementasi kebijakan dilakukan. Keberhasilannya
ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut.Isi kebijakan,
mencakup hal-hal sebagai berikut :
1.
Kepentingan
yang terpengaruh oleh kebijakan
2.
Jenis
manfaat yang akan dihasilkan
3.
Derajat
perubahan yang diinginkan
4.
Kedudukan
pembuat kebijakan
5.
Pelaksana
program
6.
Sumber
daya yang dikerahkan
Sementara itu, konteks
implementasinya adalah :
1. Kekuasaan,
kepentingan dan strategi aktor yang terlibat
2. Karakteristik
lembaga dan penguasa
3. Kepatuhan dan
daya tanggap
Model Grindle ini
lebih menitik beratkan pada konteks kebijakan, khususnya yang menyangkut dengan
implementor, sasaran dan arena konflik yang mungkin terjadi di antara para
aktor implementasi serta kondisi-kondisi sumber daya implementasi yang
diperlukan.
Implementasi
Kebijakan Bottom Up
Model implementasi dengan
pendekatan bottom up muncul sebagai kritik terhadap model pendekatan rasional
(top down). Parsons (2006), mengemukakan bahwa yang benar-benar penting dalam
implementasi adalah hubungan antara pembuat kebijakan dengan pelaksana
kebijakan. Model bottom up adalah model yang memandang proses sebagai sebuah
negosiasi dan pembentukan consensus. Masih menurut Parsons (2006), model
pendekatan bottom up menekankan pada fakta bahwa implementasi di lapangan
memberikan keleluasaan dalam penerapan kebijakan.
Ahli kebijakan yang lebih
memfokuskan model implementasi kebijakan dalam persfektif bottom up adalah Adam
Smith. Menurut Smith (1973) dalam Islamy (2001), implementasi kebijakan
dipandang sebagai suatu proses atau alur. Model Smith ini memamndang proses
implementasi kebijakan dari proses kebijakan dari persfekti perubahan social
dan politik, dimana kebijakan yang dibuat oleh pemerintah bertujuan untuk
mengadakan perbaikan atau perubahan dalam masyarakat sebagai kelompok
sasaran.Menurut Smith dalam Islamy (2001), implementasi kebijakan dipengaruhi
oleh empat variable, yaitu :
1.
Idealized
policy : yaitu pola interaksi yang digagas oleh perumus kebijakan dengan tujuan
untuk mendorong, mempengaruhi dan merangsang target group untuk melaksanakannya
2.
Target
groups : yaitu bagian dari policy stake holders yang diharapkan dapat
mengadopsi pola-pola interaksi sebagaimana yang diharapkan oleh perumus
kebijakan. Karena kelompok ini menjadi sasaran dari implementasi kebijakan,
maka diharapkan dapat menyesuaikan pola-pola perilakukan dengan kebijakan yang
telah dirumuskan
3.
Implementing
organization : yaitu badan-badan pelaksana yang bertanggung jawab dalam
implementasi kebijakan.
Environmental factors : unsur-unsur di dalam
lingkungan yang mempengaruhi implementasi kebijakan seperti aspek budaya,
sosial, ekonomi dan politik.Penerapan Manajemen Pengetahuan pada PT.PLN Persero Ranting Malili dalam Rangka Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik Masyarakat Modern
02.28
No comments
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan untuk mendapatkan
pengetahuan, informasi, data yang handal, riset dan analisisnya serta
berorientasi ke depan merupakan suatu hal yang mutlak bagi perusahaan untuk
menjamin kelangsungan hidupnya. Karena semakin banyaknya jumlah perusahaan yang
berdiri saat ini, maka pengetahuan menjadi kunci utama dalam perusahaan yang
menjadi intelektual kapital bagi perusahaan. Pengelolaan terhadap pengetahuan
yang dimiliki perusahaan sangat diperlukan agar dapat melakukan pembelajaran
dan mendukung pekerjaan, menghasilkan nilai baru bagi perusahaan serta
meningkatkan produktivitas kerja.
Pembelajaran pada suatu
perusahaan dirasakan sangat signifikan dalam pengembangan organisasi atau
perusahaan tersebut dalam usaha untuk menghasilkan kompetensi yang tinggi guna
meningkatkan produktivitas kerja. Untuk menciptakan suatu organisasi pembelajar
yang meningkatkan produktivitas kerja, diperlukan knowledge
worker yang dapat bekerja dengan berpikir secara sistematik. Knowledge
worker dituntut untuk berusaha mencari pola terbaik dalam menghadapi
sebuah permasalahan, dan tidak terpaku pada pola lama.
Disini selalu ada kebutuhan untuk
mendapatkan pengetahuan, informasi, data yang handal, riset dan
analisisnya, serta berorientasi ke depan agar dapat menjawab permasalahan yang
ada.
Masalah yang muncul dari
knowledge yang ada didalam perusahaan adalah sebagian besar knowledge yang ada
di dalam perusahaan sulit untuk disimpan oleh perusahaan secara umum. Hal ini
disebabkan knowledge-knowledge tersebut sebagian masih bersifat individual
(intelectual asset) dan bukan milik perusahaan. Masalah lain yang pada umunya
terjadi adalah banyak kendala yang ditemui dalam proses pengidentifikasian
knowledge yang ada dalam perusahaan.
Pengelolaan terhadap pengetahuan
yang dimiliki oleh organisasi sangat diperlukan agar dapat melakukan
pembelajaran dan mendukung pekerjaan. Knowledge Management sendiri
merupakan suatu wadah penyimpanan knowledge yang akan diterapkan pada
bagian tersebut. Adapun tujuan dari penerapan knowledge management ini adalah
untuk lebih mengefektifkan dan meningkatkan kinerja karyawan didalam
perusahaan, yang diyakini akan membawa dampak pada peningkatan kualitas
perusahaan. Penerapan knowledge management diharapkan dapat membantu perusahaan
didalam mendokumentasikan masalah-masalah yang terjadi didalam perusahaan.
Selain itu, perusahaan juga berharap agar setiap knowledge yang dimiliki oleh
individu-individu didalam perusahaan dapat teridentifikasi, tersimpan dan
terkelola dengan baik didalam perusahaan, sehingga knowledge yang ada tersebut
dapat dikembangkan dan digunakan perusahaan untuk terus berkembang.
Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di
atas maka dianggap perlu untuk menyusun rumusan masalah dalam penulisan ini:
1.
Apa
landasan teori dari manajemen pegetahuan berdasarkan konsep Devenport(1998)?
2.
Bagaimana
strategi manajemen pengetahuan di PT.PLN Persero Ranting Malili Kab.Luwu
Timur,Sulawesi Selatan?
3.
Bagaimana
analisis pemanfaatan manajemen pengetahuan pada perusahaan PT.PLN Persero
Ranting Malili?
Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah
diatas maka tujuan penulisan ini adalah:
1.
Mengetahui
teori manajemen pengetahuan berdasarkan konsep Devenport.
2.
Mengetahui
strategi manajemen pengetahuan di PT.PLN Persero Ranting Malili.
3.
Menganalisis
pemanfaatan manajemen pengetahuan pada perusahaan PT.PLN Persero Ranting
Malili.
PEMBAHASAN
A.
Konsep manajemen pegetahuan menurut Davenport dan Prusak (1998)
Davenport dan Prusak (1998)
memberikan metode mengubah informasi menjadi pengetahuan melalui kegiatan yang
dimulai dengan huruf C: comparation, consequences, connections dan
conversation. (Pengertian pengetahuan menurut Davenport dan Prusak
adalah knowledge is a fluid mix of framed experience, values, contextual
information, and expert insight that provides a framework for evaluating and
incorporating new experiences and information. It originates and is applied in
the minds of knowers. In organizations, it often becomes embedded not only in
documents or repositories but also in organizational routines, processes,
practices and norms). Davenport dan Prusak mengatakan bahwa pengetahuan
adalah campuran fluida dibingkai pengalaman, nilai, informasi kontekstual, dan
wawasan ahli yang memberikan kerangka untuk mengevaluasi dan menggabungkan
pengalaman-pengalaman baru dan informasi. Itu berasal dan diterapkan dalam
pikiran seseorang. Dalam organisasi, sering kali menjadi tertanam bukan hanya
dalam dokumen atau repositori tetapi juga dalam organisasi rutinitas, proses,
praktik dan norma-norma.
Sumber
kekuatan internal organisasi yang tidak mungkin diadaptasi oleh kompetitor
adalah knowledge management. Pengetahuan tertanam disetiap individu dan
masing-masing individu mempunyai pengetahuan yang berbeda satu sama lain. Para
pesaing tidak mungkin meniru pengetahuan yang dipunyai oleh perusahaan. Sebagai
aset yang berharga bagi perusahaan sebaiknya organisasi mengelola manajemen
pengetahuan yang baik. Studi yang dilakukan Davenport et. al. (1998)
mengidentifikasi empat langkah yang perlu dilakukan organisasi agar KM menjadi
sumberdaya strategik.
1. Pengetahuan
dapat disimpan
Data, informasi, maupun
pengetahuan dapat disimpan dalam bentuk dokumentasi agar mudah ditelusuri bila
dibutuhkan. Bagi pengetahuan yang sifatnya tacit, sebaiknya diartikulasikan
menjadi explicit knowledge. Pengetahuan yang dapat disimpan memudahkan
organisasi untuk menelusurinya dan memanfaatkan di setiap kesempatan.
2. Pengetahuan
mudah diakses
Setiap anggota organisasi
mempunyai aloes yang sama terhadap knowledge base organisasi. Agar proses
aksessibilitas dan transfer mudah dilakukan antar anggota, organisasi perlu
memfasilitasi dengan memanfaatkan teknologi misalnya video conference, jaringan
internet dan intranet, telepon, dan faksimili. Banyak organisasi mempunyai
ruang perpustakaan sehingga anggotanya mudah mengakses pengetahuan-pengetahuan
terbaru melalui literatur. Organisasi memfasilitasi juga dengan aturan dan
prosedur yang memudahkan setiap orang dapat mengakses pihak-pihak dan anggota
organisasi lain yang mempunyai pengetahuan.
3. Peningkatan
pengetahuan didukung oleh organisasi
Lingkungan eksternal berubah
dengan cepat akibatnya organisasi harus senantiasa beradaptasi. Kemampuan
organisasi untuk beradaptasi perlu dukungan pengingkatan pengetahuan.
Organisasi perlu menciptakan lingkungan yang mampu mempercepat peningkatan
pengetahuan. Temuan Davenport et al. (1998) mengungkapkan perlunya sentralisasi
struktur organisasi, dan perubahan budaya kerja yang mendukung kreatifitas
anggota organisasi. Hal konkrit yang bisa dilakukan perusahaan yaitu dengan
memberikan penghargaan bagi anggota organisasi yang menyumbangkan pengetahuan
kepada knowledge base organsiasi. Penghargaan yang diterima dapat berupa
peningkatan kompensasi maupun promosi pangkat/jabatan.
4. Mengelola
pengetahuan sebagai aset.
Dalam
organisasi, aset dapat berbentuk barang berwujud maupun barang berwujud.
Organisasi berfokus kepada dua aset tersebut. Pengetahuan, merupakan aset tidak
berwujud, harus diperlakukan sebagai aset berwujud yaitu dapat diukur. Skyrme
dan Amidon (1998) mengemukakan bahwa pengetahuan (knowledge) dapat diukur
dengan menggunakan balanced scorecard. Dimensi innovation dan learning dalam
balanced scorecard merupakan proses aktivitas knowledge management. Meskipun
ada debat dalam pengukurannya, Skyrme dan Amidon (1998) menyakini bahwa dimensi
innovation dan learning mempunyai potensi untuk mengukur pengetahuan sebagai
aset.
B. Strategi Knowledge Management di lingkungan
kerja PT.PLN Persero Ranting Malili
Strategi
KM yang diterapkan oleh PLN, bagaamana proses Sosialisai di dukung dengan
progam FGD dan pemanfaatan portal KM, pada proses internalisasi (eksplisit ke
tacit) disini terjadi proses pembutan dokumen, daam data yang diperoleh
diketehaui bahwa pengetehaun yang besiat Explisit tidak hanya berbentuk textual
tapi juga berbentuk visual,audio dan dengan menggunakan
portal KM yang telah ada pengetahuan – pengetahuan tersebut dibentuk juga dan e-learning,dari
proses internalisasi ini juga diharapkan PLN dapat membentuk sebuah pusat
inovasi. Pada proses eksternalisasi menghasilkan sebuah peraturan yang
berupa SOP, dan praktek kerja yang sesuai dalam proses ini juga terjadi sebuah
pemebelajaran menganai pengetahuan yang teah di dapat dari proses sharing. Pada
proses kombinasi didapat sebuah pembentukan perpustakaan, taxonomy dari setiap
wilayah di PLNm dimana taxonomy mengamabarkan tentang geografis,tipe
konten,produk,entitas,dan hak akses.
Portal Knowledge Management System (KMS) yang beralamat dk
http://kmdev/ (intranet) merupakan salah satu wahana untuk mempermudah &
mempercepat proses berbagi pengetahuan, keahlian, pengalaman dan kolaborasi
antar pegawai menuju pada pegawai yang sadar pengetahuan (knowledge workers).
Manfaat portal KMS adalah sebagai berikut:
-
Mempermudah proses berbagi
pengetahuan (Knowledge Sharing) dengan mengunggah (Upload) konten
pada Knowledge Repository.
-
Mempermudah pegawai dalam
mendapatkan pengetahuan yang dibutuhkan atau pengetahuan yang menjadi
minat/ketertarikannya dengan mencari dan mengunduh (download) dari Knowledge
Repository atau dari Wiki yang dapat diperkaya oleh semua pegawai sehingga
dapat menjadi semacam kamus bagi pengetahuan yang ada dalam portal KMS.
-
Mempermudah pencarian
pegawai untuk diminta sharing pengalaman, diajak berdiskusi tentang
suatu pengetahuan atau kolaborasi beberapa keahlian. Karena pegawai dapat
mempublikasikan informasi tentang minat, pengetahuan, keahlian, pengalaman dan
tanggungjawabnya di perusahaan dalam halaman My site.
-
Mempermudah penyampaian
pendapat dan pemikiran melalui Mysite Blog
-
Menjalin jejaring dan
mendiskusikan suatu topik melalui CoP Online
Guna
mendukung penrapan knowledge management di lingkungan PLN Ranting Malili
dibentuk sebuah unit khusus di bawah bagaian SDM yang bertugas untuk dapat
mengkover dan mengelola pengetahuan yang ada di lingkungan PLN Ranting Malili,
dalam unit ini ada seorang operator yang bertugas mengelola pengetahuan yang
telah terdokumentasi.
Distribusi pengtahuan
Table 1. Distribusi pengetahuan
Kategori
|
Dimensi/indicator
|
Frekuensi
|
Proposi
|
Pelayanan costumer
|
Hasil survey pelanggan, Penangan keluhan pelanggan,
, sosialisi ke masyarakat.
|
9
|
11,25 %
|
Teknik
|
Permaslahan tentang distribusi
listrik,P2TL,pemeliharan gardu induk,
|
36
|
45%
|
Strategi pengambangan perusahaan
|
Hasil Inovasi, strategi pemenangan perang padam,
penerapan WCS di setiap UPJ
|
7
|
8,75%
|
Pengembangan Karyawan
|
Hasil seminar , hasil laporan kunjungan kerja,
penataran,pelatihan kerja
|
11
|
12,75%
|
Management Infrastructure
|
Manajeman arsip, pembentukan SOP, budaya kerja,
|
9
|
11,25%
|
Dari table diatas dapat
diketahui bagaiman distribusi pengetahaun yang ada dan apa saja jenis – jenis
pengetahuan yang ada pada PLN Ranting Malili. Katergori – kategori yang
ditunjukan oleh table diatas ditentukan dari pengkelompokan pengetahuan yang
ada pada portal knowledge management yang dapat diakses pada
http//KMDEV/ yang merupakan portal intarnet yag hanya dapat diakses di
lingkungan PT PLN.
Table diatas menujukan
jumlah pengetahuan yang ada pada PLN Ranting Malili, dimana pengetahuan
terbesar ada pada pengetahuan yang bersifat teknik dengan proposi sebesar
45%,pengetahuan ini meliputi tentang P2TL,distribusi listrik,distribusi
listrik,dan pemeliharan gardu induk. Dan Pengetahuan mengenai pengembangan
karyawan di mana pengetahuan ini merupakan pengetahuan yang meliputi hasil
seminar,diklat,kunjungan kerja dan pelatian kerja berjumlah 12,75%,
penngetahuan mengenai pelayanan customers yang meliputi keluhan
pelanggan,survey pelangga,pendaftaran pemaangan listrik baru berjumlah
11,25%,pengetahuan mengenai Management Infrastructure dimana pengetahun
ini meliputi tentang manajeman arsip, pembuatan SOP, dan tentang budaya kerja
berjumlah 11,25%, pengetahuan tentang hasil laporan keuangan,penilaian pegawai
dan laporan tahuan berjumlah 10% dan pengetahuan tentang pengembangan
perusahaan di mana pengtahuan ini meliputi pengembangan inovasi berjumlah
8,75%.
Besarnya
pengatahuan yang besifat teknis di pengaruhi dengan fungsi dari APJ,dimana APJ
berfungsi sebagai bagaian langsung menangai masalah teknis yang ada di lapangan.
C.
Analisis Pemanfaatan Manajemen
Pengetahuan dilinkungan PT.PLN Persero Ranting Malili
Dari penjelasan dan data yang
telah di dapat dari bagaimana strategi KM yang di terapkan oleh PLN Ranting
Malili dan bagaiman pengetahuan yang tersedia pada Ranting Malili dapat
dilakuakn analisis SWOT sebagai berikut :
Strength
( kekuatan ) :
Dari data yang di
dapat dapat di analisi bahwa yang menjadi kekuatan di PLN Ranting Malili adalah
tidak terjadinya gap, disini dapt di buktikan atara pengtehaun inti yang
dibutuhkan oleh PLN Ranting Malili dan persedian pengetahuan yang tersedia
(dapat dilihat pada table 3.1) dengan tidak adanya gap memugkinkan PLN Ranting
Malili untuk dapat memenuhi segala pengeatahuan guna mendukung tujuan
terbentuknya KM di lingkungan PLN Ranting Malili dan tujuan dari perusahaan
sendiri, terdapat ide akan inovasi bagi perusahaan hal ini di ketahuai dari
dokumen yang ada di lingkungan PLN Ranting Malili tentang inovasi yang mugkin
bias di lakuakn oleh PLN Ranting Malili pengetahun tentang hala ini sendiri
sebasar 8,75%,
Weaknes
(kelemahan) :
Dari data yang di
peroleh dapat di analisa bahwa yang menjadi kelemahan PLN Ranting Malili adalh
terjadinya proses duplikasi pengetahuan diman hal ini dapat di lihat pada table
3.2. dengan adanya duplikasi pengetahun ini dapat menyebabkan terhabatnya
proses inovasi perusahaan, serta pengetahuan yang tersipan menjadi homogen atau
pada stau tipe pengetahuan. Hal ini akan menajdi acaman besar jika tarsus
terjadi dan semain besar karena akan dapat meghambat strategi dari pegembangan
dan tujuan dari perusahaan. Kurang bekejanya UNIT pengangan KM disini dapat
dilihat dari hasil observasi dan data yang diperoleh unit KM kurang bekerja
sebagaimana mestinya dan terkesan untuk pelengkap saja, hal ini tentu akan
sangat merugikan perusahaan karena peruhaan akan mengeluarkan agaran untuk
menggaji karyawan pada unit ini sementara unit ini tidak bekerja seagaimana
mestinya.
Opportunity
(Peluang) :
Dengan pengembanga
portal keluahan pelanggan memungkin PLN Ranting Malili dapat dengan cepat
mengetahui keluhan pelngaggan serta dapat memaksimalkan system pelayanan
pelanggan, hal ini juga didukung dengan perkembang ITC saat ini dimana dunia
mya atau internet menjadi semacam dunia sendiri yang sangat ramai, tersedinya
pengetahuan tentang permaslahan teknik sebesar 45% menjadi PLN akan kuat untuk
dsapat memengakan perang padam jilid 2 yang dimana ini merupakan slah satu
tujuan dari PLN Ranting Malili di tahun 2012.
Treat
(ancaman) :
Penggunan system
portal pengetahuan menjadi sebuah ancaman tersendiri karena system ini hanya
dapat diakses pada lingkungan PLN Ranting Malili dan kebanyakan di akses di
akir semester untuk dapat memenuh penilai pegawai yang dilakaukan, untuk
memenuhi sistem penilaian sehingga hal ini memungkian tidak digunakan
pengetahuan yang ada di portal KM pdahal pengegunaan pengetahuan akan dapat
membantu proses pengembangan inovasi perusahaan untuk dapat mencapai tujuan KM
dan tujuan dari PLN Ranting Malili sendiri untuk dapat mengelahkan TNB Malaysia.
PENUTUP
KESIMPULAN
Guna dapat menciptakan
inovasi – inovasi PLN telah mengambangakan bebarapa tool seprti website KM,
unit khusus yang menangani KM serta menarpkan budaya sharing pada seluruh unit
jaringan. Dimana dengan merepakan ini PLN mencoba membaut sutau budaya baru
yaitu budaya pembelajaran .
Dengan target di tahun 20016
PLN bertekad menjadi perusahaan yang berbasis pada pembelajaran, untuk dapat
mencapai itu PLN juga mempunyai progam – progam yang nantinya akan di dukung
dari penerapaan KM di lingkngan PLN Ranting Malili. Progam – progam tersebut
adalah WCS atau world class service guna mensuksekan progam tersbut di
tahun 2012 ini PLN bertekad untuk dapat memenegkan perang padam jilid 2 dan
mengalahkan TNB Malaysia. Kegiatan –kegiatan yang telah disebutkan diatas
merupakan salah satu dari rangkaian progam PLN Ranting Malili guna memaksimalkan WCS dan
mendapatkan ISO 9001:2008. ISO 9001:2008 ini memandakan bahwa suatu perusahaan
atau cabang daru perusahaan tersebut telah memenuhi persyaratan internsional
dalam hal penjaminan mutu produk atau jasa yang dihasilkan. ISO 9001 merupakan
standar kerja yang diterapkan pada sistem organisasi yang anantinya akan
membawa pada perencanaan kerja yang lebih matang dan selalu termonitor. Untu
mencapai ISO ini PLN Ranting Malili juga harus melkasanakan prosedur dengan
mendokumentasikan instruksi kerja yang ada disesuaikan dengan standar manajemen
mutu ISO 9001:2008. Dengan terdokumentasinya sistem kerja maka dibutuhkan suatu
rangkaian proses dari knowledge management poin ke 2, Rantai Nilai Manajemen
Pengetahuan itu terdiri dari :
1.
Exchange of Tacit Knowledge (Pemerolehan Pengetahuan), adalah dengan cara
organisasi mengembangkan jaringan online agar karyawan dapat berkomunikasi
dengan supervisor / manajer.
2.
Conversion from Tacit Knowledge to Explicit Knowledge (Penyimpanan Pengetahuan),
adalah mengubah data ke dalam bentuk digital, berdasarkan kerangka kerja yang
telah disusun, dengan bentuk akhir sebuah database yang solid.
3.
Combination of Explicit Knowledge (Penyebaran Pengetahuan), dilakukan dengan
menggunakan search engine, untuk mencari dokumen informasi yang tersimpan dalam
database online.
4.
Conversion from Explicit knowledge to Tacit Knowledge (Penerapan Pengetahuan),
upaya yang dilakukan oleh perusahaan agar pengetahuan yang telah terdokumentasi
dengan baik tersebut bermanfaat bagi Supervisor dan Manajer.
REKOMENDASI
Sebenarnya ada hal yang
menarik yang perlu dikembangkan oleh PLN Ranting Malili untuk mengembangkan Knowledge
Management yang mampu membantu PLN Ranting Malili tersebut untuk cepat meraih
ISO, yakni dengan menerapkan program PENA PLN yang digagas oleh PLN Pusat
beberapa waktu lalu, program ini membantu penerapan tacit to explicit yang bisa
diwujudkan lewat program pelatihan menulis, Professional Writing Skills Workshop.
Program ini bertujuan mengatasi hambatan mental dan teknik menulis,
membiasakan diri menulis untuk free writing dan fast writing, serta
mengeksplorasi ide sehingga produktif untuk menulis. Walaupun ada kendala,
program ini memerlukan narasumber yang mampu memberikan informasi dan informasi
yang diberikan tersebut mampu dialihkan acitnya ke pengetahuan tertulis.
Disamping melakukan berbagia
macam Workshop untuk menyempurnakan Knowledge Management, PLN Ranting
Malili juga harus
menyiapkan Knowledge Management Smart System yang akan digunakan, apakah
akan menggunakan Fuzzy Logic, teknologi berbasis aturan yang dapat
merepresentasikan ketidakpresisian, dan menggunakan asumsi subjective untuk
nilai yang mendekati atau Neural Network, mempelajari pola dan jumlah data yang
banyak dengan menyaring data, mencari hubungan, membangun model, dan mengoreksi
kesalahan, secara reflek seperti pola pemrosesan pada otak manusia. Sepertinya
yang lebih cocok adalah sistem neural network, karena PLN Ranting Malili memiliki jumlah data yang
banyak dan melakukan berbagai karakteristik yang sesuai dengan Neural
Network System
Langganan:
Postingan (Atom)